Kamis, 31 Maret 2011

"Sandal Jepiitt"

Disebuah toko sepatu dikawasan perbelanjaan termewah di sebuah kota, Nampak di etalase sebuah sepatu dengan anggun diterangi oleh lampu yang indah. Dari tadi dia Nampak jumawa dengan posisinya, sesekali dia menol

eh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan designnya, haknya yang tinggi.

Pada saat jam istirahat, seorang pramuniaga yang akan makan siang meletakkan sepasang sandal jepit tidak jauh dari letak sang sepatu.

“Hai sandal jepit, sial sekali nasib kamu, diciptakan sekali saja dalam bentuk buruk dan tidak menarik”, sergah sang sepatu dengan nada congkak.

Sandal jepit hanya terdiam dan melemparkan sebuah senyum persahabatan.

“Apa menariknya menjadi sandal jepit?, tidak ada kebanggaan bagi para pemakainnya, tidak pernah mendapatkan tempat penyimpanan yang istimewa, dan tidak pernah disesali pada saat hilang, kasihan sekali kamu”, ujar sang sepatu dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.

Sandal jepit menarik nafas panjang, sambil menatap sang sepatu dengan tatapan lembut, dia berkata “Wahai sepatu yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika memakai sepatu yang indah dan mewah sepertimu. Mereka akan menyimpannya ditempat yang terjaga, membersihkannya meskipun masih bersih, bahkan sekali-sekali memamerkan kepada sanak keluarga maupun tetangga yang berkunjung ke rumahnya”. Sandal jepit berhenti sejenak dan membiarkan sang sepatu menikmati pujiannya.

“Tetapi sepatu yang terhormat, kamu hanya menemaninya di dalam kesemuan, pergi ke kantor maupun ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sekali saja. Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemakaiku pergi, bahkan aku sangat loyal meski dipakai ke toilet ataupun kamar mandi. Aku memunculkan kerinduan bagi pemakaiku. Setelah dia seharian dalam cengkeraman keindahanmu, maka manusia akan segera merindukanku. Karena apa wahai sepatu? Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang special. Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan untuknya”, Sandal jepit berkata dengan antusias dan membiarkan sang sepatu terpana.

“Sepatu ! Sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek ketakutan untuk kehilangan. Untuk apa kepandaian dikeluarkan hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman.” Sepatu mulai tersihir oleh ucapan sandal jepit.

“Tapi bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang”, jawab sepatu mencoba mencari pembenar atas posisinya. Sandal jepit tersenyum dengan bijak “Sahabatku! Ditengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal, semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya”.

Dari pintu toko nampak sang pramuniaga tergesa-gesa mengambil sandal jepit karena ingin bersegera mengambil air wudhu. Sambil tersenyum bahagia sandal jepit berbisik kepada sang sepatu.

“Lihat sahabatku, bahkan untuk berbuat kebaikan pun manusia mengajakku dan meninggalkanmu”.

Sepatu menatap kepergian sandal jepit ke mushola dengan penuh kekaguman seraya berbisik perlahan “Terima kasih, engkau telah memberikan pelajaran yang berharga sahabatku, sandal jepit yang terhormat”.

~~~

Sahabat... Semoga dari cerita sandal jepit dan sepatu ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua.
Salam Semangat, dan Salam Motivasi...!
Ada Hikmah Di BaLik KejeLekan Sendal Jepiitt...

(Dikutip dari : buku floeksi edisi 43)

Cerita Beruang dan kelinci bikers

MonggO di Bacaaa cuuy... hahahaaa sekali-kali posting hiburan

Selasa, 29 Maret 2011

About My FamiLy

Aku (06-06-1994) diLahirkan Di cirebon tepatnya di salah satu pondok yg ada di daerahku..
Ma'had Al-Shighor begitulaah sapa'an yg biasa didengar teman-teman.. sekiLas tentang pesantren yg dibina Oleh ayahku Abuya Bisyri Imam dan ibuku Darrotul Jannah. beliau adalah sosok inspirasi bagiku. abuya yg setiap harinya mengajar di salah satu perguruan tinggi terkemuka di cirebon, beliau masih tetap eksis mengajar para santrinya. bercocok tanam, mengontrol bangunan sampai jalan2 menggunakan sepeda motor jadul tahun 75'n ituLaah Hobi yg biasa abuyaku lakukaan.
aku dalah anak ke 7 dari 10 bersaudara. kakaku yg pertama khuya ahmad syauqi, yayu naiLi, khuya ahmad romzie, yayu najhah Barnamij, yayu ifah, aku (rofat Hamzhie), ahmad sabik yg dari kecilnya sudah tiada, nok nuvi nurul afiyah dan bontotku tercinta Kacung safri IlMan.





RARA KECIL

sebuah realita

Kekecewaan.
“Praaang!” suara itu terdengar ke seluruh rumah. Tampak seorang gadis berusia 11 tahun sedang gugup terdiam ketakutan atas apa yang tlah ia perbuat.
“Rara pasti ini kerjaan kamu lagi?!? Sudah berapa kali mama bilang jangan main di dalam rumah!!! Lihat itu kerjaan kamu! Sudah vas bunga yang ke berapa kali yang kamu pecahkan ini?!? “gertak seorang ibu yang tak tahan dengan kelakuan anaknya.
“Mama tidak mau tahu pokoknya kamu harus bersihkan sekarang juga!” Sambung ibunya kembali.
“enggak, enggak mau!! Lalu ia pun lari dari hadapan ibunya dan menuju ke dalam kamar.
“eh eh Rara! Melawan kamu yah!?! Ucap ibunya kewalahan. Di kamar setelah mengunci kamar tanpa ada perasaan bersalah ia langsung bermain boneka. “boneka kenapa yah mamaku galak sekali sama aku, tiap hari kerjaannya maraah terus!” gumamnya pada boneka tersebut. Dan boneka itu hanya terdiam tak berkutik. Rara adalah gadis yang nakal dan tidak pernah mau diatur dirumah maupun disekolah, tidak heran jika ia banyak dimusuhi oleh teman-temannya dan sering kena marah ibunya akibatnya ulahnya disekolah sehingga ibunya kerap sekali bolak-balik sekolah karena dipanggil oleh bapak kepala sekolah akibat ulahnya yang sudah tidak dapat ditelorir lagi, akan tetapi tidak pernah terbesit dihatinya untuk berubah menjadi anak yang baik, entah ada apa dengan dirinya. Sampai ibunya sendiripun heran atas kelakuan anaknya.
“ri, nanti kamu pulang bareng adikmu ya??, jangan biarkan dia kelayapan nanti yang ada dia akan membuat ulah baru yang membuat ibu dipanggil lagi oleh kepala sekolah.”baik bu jawab kakanya yang sedang mngikat tali sepatu.
Setelah bel pulang berbunyi, riri pun menjemput adiknya didepan pintu kelasnya. Didalam perjalanan pulang rara berkata pada kakanya ‘ka, coba lihat deh sepatuku?”ada apa? sahut kakanya, kemudian kakanya kaget sekali melihat sepatu adiknya yang sudah tidak layak lagi dipakai, sepatuku sudah robek ka, aku malu sama kawan-kawan kata mereka sudah bandel kere lagi!! Iya , nanti kaka benerin ketukang sol sepatu, tapi kamu janji jangan nakal lagi ya??ucap kakanya dengan nada menasehati.
Keesokan harinya ketika Rara ingin berangkat kesekolah Rara merasakan pusing yang sangat melilit-lilit kepalanya, sebelumnya rara sering merasakan pusing tapi tidak pernah dianggap paling dia hanya minum obat panadol atau paramex saja sudah sembuh, tapi pusing kali ini sangat berbeda, ia menundukkan kepalanya dilipatan tangannya diatas meja makan. “Kamu kenapa ra??”tanya riri heran, “pasti kamu pura-pura sakit lagi deh biar dikasi izin mama biar tidak masuk sekolah, padahal pasti ketika mama sudah keluar rumah, kamu dengan diam-diam keluar dari jendela dan kembali kerumah sebelum mama sampai kerumah, ya kan??” Kemudian rara tersenyum sambil menahan sakit yang ada dikepalanya. Kali ini aku sungguhan ka??ucap rara meringis. “alaaah kaka tidak percaya!!” Ucap riri ragu.
Kemudian dengan berat hati ia memaksakan diri untuk pergi ke sekolah walaupun dalam keadaan fisik yang semakin memburuk. Jam pelajaran pertama kedua dan ketiga ia mencoba untuk bersabar dan menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Ketika bel istirahat berbunyi, tanpa banyak berfikir dan lihat kanan kiri ia langsung menuju klinik kesehatan yang ada disekolah, akan tetapi rasa sakit itu terus menggeliat dikepala rara sehingga baru saja dia keluar pintu kelas tiba-tiba pandangan rara menjadi buram dan badannya terjatuh dilantai dan tidak sadarkan diri.
Niiinuuut…niiiinuuut…niiinuuut, suara ambulan itu membuat para penghuni mobil-mobil yang ada dijalan menyingkir dan mempersilahkan ambulan untuk jalan terlebih dahulu, Rara tergeletak tak berdaya didalamnya menuju rumahsakit FATMAWATI setelah dokter yang ada di klinik sekolah menyarankan agar Rara dibawa kerumah sakit segera.
Sesampainya dirumah sakit Rara di masukkan kedalam ruangan pemeriksaan, setelah dideteksi ternyata Rara mengidap penyakit yang sangat parah sehingga dia harus ditempatkan diruang ICU. Diluar kamar ICU sudah hadir Ibu dan kakanya, kemudian dokter memberitaukan bahwa Rara mengidap lumpuh dikedua kakinya.Perasaan Ibu dan kaka nya bagaikan disambar petir, karena tidak menyangka sama sekali, rara yang begitu lincah dan jahil mengalami lumpuh untuk seumur hidupnya.
Kemudian ketika rara siuman, ia melihat Ibu dan kakanya sudah berada disampingnya dan setelah itu ibunya menjelaskan bahwa ia harus dirawat dirumah sakit. Sesungguhnya rumah sakit ini adalah hal yang paling dibenci oleh rara, ketika itu ia menolak untuk tinggal dirumah sakit dan reflek ingin bangun dari tempat tidurnya akan tetapi ia merakan kakinya yang kaku tidak dapat digerakkan, disitu ia baru tersadar bahwa ia mengalami lumpuh dikakinya. Luapan airmata pun terus mengalir dari mata ibu dan kakanya yang tidak tega melihat raranya yang duduk lemah tak berdaya diatas kasur rumahsakit.
Rara tetap pada pendiriannya untuk tidak ingin dirawat dirumah sakit, ia ingin agar ibunya saja yang merawatnya dirumah, dokterpun mengizinkan dengan syarat ia harus mematuhi syarat-syarat yang diberikan dokter.kemudian mereka setuju, sampai dirumah rara merasa sangat gembira walaupun ia hanya bisa duduk diatas kursi roda. Rara mengisi hari-harinya dengan menulis puisi-puisi yang ia sudah sangat gemari dari kecil.
Diam-diam ibu dan kakanya sudah menyiapkan pesta ulangtahun rara yang dua hari lagi akan berlangsung, Rara sangat senang mendengarnya karena ia tau bahwa teman-temannya pasti akan datang dan disitulah ia akan memanfaatkan waktu untuk meminta maaf kepada kawan-kawannya atas ulahnya yang pernah ia lakukan. Hari itu pun tiba, rara telah dibelikan gaun yang sangat manis oleh ibunya, kemudian ibunya memakaikan gaun yang ada dan rara sangat manis terlihat dengan gaun itu, ibunya meneteskan air mata ketika menyisirkan rambut rara yang kian hari kian rontok disebabkan oleh penyakit leukemia yang menggerogoti dirinya.
Ketika acara pemberian hadiah kaka muncul dengan membawa hadiah yang Rara sulit untuk menduganya, sorakan teman-temannya untuk membuka isi kado yang diberikan membuat Rara membuka dan ketika rara sudah membukanya. Iya pun menitikan air mata begitupun dengan kakanya. karena ia teringat akan hal yang pernah ia minta ke kakanya untuk membenarkan sepatunya yang rusak, akan tetapi kali ini kakanya memberikan sepatu baru yang sangat indah.
Rara sedih karena ia tak mungkin lagi untuk memakai sepatu itu untuk berjalan walaupun sebenarnya ia sangat ingin sekali, setelah itu ia berpelukan dengan dengan kakanya dan suasana harupun menyelimuti ruangan pesta semua menangis haru dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Kemudian rara meminta waktu kepada hadirin yang datang untuk mengizinkanya membacakan puisi yang ia telah buat yang ia ngin persembahkan untuk mamanya yang selama ini telah sabar merawat dan mendidiknya. Suasana menjadi tambah haru dengan bacaan puisi tersebut. Dan ketika rara baru saja menyelesaikan bacaan puisinya tiba-tiba saja tangannya yang memegang mikrofon terjatuh kebawah dan ibunya nya langsung menghampiri dan terus memanggil nama anaknya yang sakit itu. Ternyata detak jantungnya sudah tidak berdenyut lagi dan inilah ikhir hidup dari kisah seorang rara kecil yang sangat jahil dan lugu.
Ketika setelah pemakaman tak senagaja kakanya menemukan buku Diary rara yang tersimpan dibawah bantalnya. Disitu baru terungkap bahwa kenakalan Rara selama ini adalah akibat beban psikologis yang ia rasakan sejak kecil yang selalu meliat kedua orang tuanya bertengkar tiap hari hingga akhirnya berpisah, yang semuanya ini ia tidak inginkan ia sangat mendambakan mempuanyai keluarga yang utuh akan tetapi yang terjadi perceraian antara mama dan papanya,.. karena itu Rara meluapkan kekecewaannya itu dengan besikap jahil dan bandel dirumah dan disekolah.
Timbullah rasa penyesalan yang sangat mendalam pada diri sang Mama,” Waktu tidak mungkin berputar kembali, tidak ada gunanya juga menyesali hal yang sudah terjadi, Mama akan terus mendoa’kanmu disana nak, beristirahatlah engkau dengan tenang , kami mencintaimu.”

Praising Allah!

Praising Allah!
by Zoya Ahmad


I know you are there
Little bird,
Covered by rich green, talking to the tree
Yes, a talking tree!

I know you are hiding
Little ant,
Under the solid brown, listening to the song
Yes, the singing earth!

I know you are relaxing
Tiny drop of rain,
Inside the airy white, hearing the laugh
Yes, a laughing cloud!

I know you are dancing
Little bee,
Beside fresh colors, joining a prayer
Yes, a praying flower!

I know you are breathing
Little fish,
Deep in the wide blue, amazed by stories
Yes, the Historian Ocean!

I am sitting in my room
Seeing you all in the heart of my eye
Praising the work of God
Wishing to add more before I die

Talking tree
Singing earth
Laughing cloud
Praying flower; and
Historian Ocean
Let me join you, and be sublime
Praising God till the end of our time!